Jumat, 05 Oktober 2012


PEMEROLEHAN BAHASA DAN PROSES PEMEROLEHAN BAHASA

Ada beberapa hipotesis tentang asal mula bahasa dihubungkan dengan pemerolehan bahasa pada anak. E. Cassier (dalam Abdul Chaer, 1994: 65) berpendapat bahwa pada dasarnya bahasa merupakan pengungkapan gagasan serta ekspresi perasaan atau emosinya. Ia berpendapat bahwa jeritan-jeritan yang keluar dari seorang anak (bayi) merupakan ungkapan emosionalnya.
Istilah pemerolehan merupakan padanan kata acquisition. Istilah ini dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama sebagai salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir. Secara alamiah anak akan mengenal bahasa sebagai cara berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Bahasa pertama yang dikenal dan selanjutnya dikuasai oleh seorang anak disebut bahasa ibu (Mother talk).
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang baik serta paling sederhana dari bahasa (Abdul Chaer, 1994: 66).
Ellis menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu tipe naturalistic dan tipe formal di dalam kelas. Tipe naturalistic yaitu bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan, pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat, belajar bahasa dengan tipe naturalistic ini sama prosesnya dengan pemerolehan bahasa pertama yang berlangsung secara alamiah di dalam lingkungan keluarga atau lingkungan tempat tinggal. Adapun formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang telah dipersiapkan, seharusnya hasil yang diperoleh secara formal dalam kelas ini jauh lebih baik daripada hasil secara naturalistik, namun kenyataannya hingga sekarang hasil pembelajaran bahasa sangat tidak menggembirakan.
Chaer dan Agustina juga mengatakan bahwa pembelajaran bahasa secara natural jauh lebih efektif dari pada pembelajaran formal, hal ini dapat dipahami berdaasarkan contoh yang disebutkannya, ada dua orang mahasiswa dari Tapanuli, Togar dan Sahat yang mengikuti kuliah di Malang, pada awal kedatangannya sedikit pun dia tidak mengetahui bahasa Jawa. Namun, karena orang-orang di sekitarnya seperti teman kuliah, teman sepemondokan, pedagang di pasar, dan sebagainya berbahasa jawa, keduanya berusaha belajar bahasa Jawa dan mempraktekkannya.

Jumat, 11 Mei 2012

Tips Cara Membangun Generasi Emas Melalui Belajar Mengajar Bahasa Indonesia


TIPS CARA MEMBANGUN GENERASI EMAS MELALUI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA
Dalam situasi tertentu, siswa pada usia belia kadang lebih tertarik untuk mengembangkan beradu fisik (otot) daripada kecakapan berkreativitas nalar (otak). Bagi mereka, dengan beradu fisiklah yang akan menentukan bagai mana status mereka di mata teman-temannya. Padahal, pada masa usia belialah yang merupakan masa-masa emas pemerolehan bahasa bagi setiap anak normal yang dapat dikembangkan untuk mendukung perkembangan diri. Sungguhpun begitu, sebagian pendidik di sekolah-sekolah masih mengabaikan proses membaca dan menulis karena mereka enggan melibatkan kompleksitas aspek kebahasaan. Untuk itu, seharusnya kesiapan siswa dalam pembelajaran proses membaca dan menulis Bahasa Indonesia perlu diberdayakan, baik dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Jika pada tahap itu keterlibatan siswa diintensifkan secara langsung, peluang terkembangnya multi karakter siswa sangat terbuka.
Ketika ruang untuk mengekspresikan diri tidak disediakan dengan tepat, mereka mudah menerobos, bahkan kerapkali meluapkan sikap emosional ditempat dan waktu yang tidak pada umumnya, meskipun itu akibat persoalan yang sederhana. Padahal, olah kata dengan ujung pena dapat menjadikan kecerdasannya sebagai modal intelektual dalam membangun prestasi keberaksaraan di masa depan. Perkembangan multikarakter siswa pada usia belia perlu dimanajemen secara cermat dengan mengalirkan pikiran dan perasaan positif kepada siswa dalam pengambilan suatu keputusan, serta pengungkapan opini terhadap persoalan kontroversial yang bermunculan ditengah masyarakat secara bijak.
Untuk membangkitkan generasi emas, perlu ada keteladanan dari para orang tua. Apa yang terjadi di masyarakat saat ini seperti kasus kriminalitas, dan penyalahgunaan Narkotika, merupakan cambuk bagi para orang tua dan guru untuk mendidik putra-putrinya lebih baik lagi. Sudah saatnya kita memulainya dari pendidikan dalam keluarga. Tak bisa begitu saja orang tua menyerahkannya kepada sekolah. Pendidikan yang utama tetap dikendalikan orang tuanya, dan anak harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak dari pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan, budi pekerti yang luhur, dan keterampilannya. Semua itu telah tertuliskan pada tujuan pendidikan nasional yang sering dituliskan
Mahalnya biaya pendidikan membuat pemerintah harus memikirkan agar si miskin bisa sekolah. Selama ini si kaya masih mendapatkan pelayanan prima, sedangkan si miskin harus dengan sabar menerima pelayanan pendidikan apa adanya. Pada akhirnya anak-anak yang kurang mampu berpikir, buat apa sekolah kalau sekolah mahal. Lebih baik cari duit buat makan.
Ada lagi yang sangat memprihatinkan dalam dunia pendidikan kita. Pendidikan kewirausahaan kurang tertanamkan dengan baik di sekolah-sekolah kita. Pada akhirnya, sekolah hanya melahirkan pengangguran terdidik karena lulusan hanya mampu menjawab soal-soal ujian nasional (UN) sampai “muntah”. Pendalaman materi dilakukan, Tryout UN dilakukan berkali-kali, sampai pemerintah daerah pun ikut-ikutan membuat soal Tes Uji Kemampuan Peserta Didik (TUKPD) yang membikin siswa jadi gak pede. Seolah-olah mereka yang lulus UN dengan nilai terbaik akan jauh lebih unggul nasibnya dengan mereka yang nilai UN-nya pas-pas-an. Seolah-olah nasib peserta didik hanya dilihat dan dilirik dari nilai UN-nya saja.
Sistem pendidikan kita masih harus disempurnakan. UN sebaiknya hanya pemetaan saja selama pemerintah belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. SDM guru yang berkualitas masih belum merata, pada akhirnya lulusan di daerah tertentu untuk SD, SMP/MTs, dan SMA/SMA/MA kurang menggembirakan hasilnya. Ketika pemerintah tahu daerah  yang tertinggal itu seharusnya segera dilakukan pembinaan dan perbaikan. Namun nyatanya hanya sebatas pengumpulan data saja. Lagi-lagi UN tetap dilakukan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Gerah dan gemes hati ini bila melihat dana pendidikan yang begitu besar tak tersalurkan tepat sasaran. Ingin rasanya memberikan masukan atau data yang benar bahwa pendidikan gratis yang didengungkan selama ini belum berjalan dengan baik. Data yang dituliskan oleh Tracey Yaniharjatanaya di kolom opini kompas hari ini menunjukkan bahwa 13 % murid SD tidak menyelesaikan pendidikan. Bagaimana mungkin kita akan membangkitkan generasi emas bila generasi pembangkitnya memble dan terjangkit masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme?
Generasi emas Indonesia harus dibangkitkan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang benar tidak mengenal status sosial atau kasta. Tidak boleh ada kastanisasi di sekolah-sekolah kita. Semua orang wajib sekolah dan mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah. Semua rakyat Indonesia harus mendapatkan pendidikan yang layak  sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Beeby (1987) menyatakan bahwa pelajaran-pelajaran yang diberikan guru amat kurang sekali variasinya, dan dengan sedikit kekecualian, pola yang sama telah menjadi standar di ulang-ulang sepanjang jam pelajaran sekolah. Kadang-kadang guru mulai mengajar dengan hanya mendiktekan saja pelajarannya dan jika masih ada waktu baru memberikan penjelasan sekedarnya tidak mencerminkan pembelajaran CTL apa lagi tanpa variasi dengan penggunaan media yang sesuai maupun sumber-sumber belajar yang memadai. Apabila kebiasaan seperti itu tetap dipraktekan oleh para guru di kelas selama proses pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa peningkatan mutu pendidikan akan sulit dicapai.
Mengajar menurut pengertian modern berarti aktivitas guru dalam mengorganisasikan lingkunngan dan mendekatkannya pada anak didik sehingga terjadi proses belajar. (nasution 1935:5)
Whittaker menyatakan belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengenalan.
Winkel menyatakan belajar merupakan aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengatahuan, pemahaman, ketarampilan, nilai dan sikap.
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/belajar-mengajar-dan-pembelajaran

Selasa, 08 Mei 2012

Tugas Individu PEMBELAJARAN MENULIS


Tugas individu PEMBELAJARAN MENULIS
1.      Identifikasikanlah:
a.       Ciri-ciri guru yang baik
Jawab:
·         Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik
·          Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah dan bersahabat dan bersifat ingin berkembang
·         Guru cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya diharga
·          Guru yang melihat orang-orang dan perilaku mereka pada dasarnya berkembang dari dalam; jadi bukan merupakan produk dari peristiwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan yang digerakkan. Dia melihat orang-orang itu mempunyai kreatifitas dan dinamika; jadi bukan orang yang pasif atau lamban
·          Guru yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya; bukan menghalangi, apalagi mengancam
b.      Ciri-ciri guru yang hebat
·         Ucapan dan intonasinya jelas dan mudah dipahami. Siswa langsung menyerap makna dari ucapan guru tanpa harus berpikir lama dan berputar-putar. Ucapan guru tersistem, mantap, dan berterima dengan kejiwaan siswa.
·         Bobot keilmuannya sangat dalam dan luas. Sehari-hari, guru hebat mengikuti perkembangan zaman untuk memupuk keluasan keilmuannya. Tren zaman dapat cepat dimaknai oleh guru lalu diolah dengan bahasa guru untuk disajikan ke siswanya.
·          Orangnya lugas dan sederhana. Karena yang dihadapi adalah siswa bukan orang dewasa, guru hebat selalu menyampaikan keilmuannya dengan lugas dan mudah diterima siswanya.
·          Bersahabat dan peduli. Guru biasa selalu mengambil jarak dengan siswa karena menurutnya wibawa guru akan terbangun. Namun, tidak untuk guru hebat. Guru hebat bersahabat dengan siswanya sehingga terbangun kedekatan yang akan mempermudah berkomunikasi. Wibawa justru dibangun dari persahabatan antara siswa dengan guru.
·          Kaya metode dan media. Guru hebat teramat paham kalau siswa itu mudah jenuh, dinamis, dan kreatif. Menurutnya, mengajar harus menyenangkan, dinamis, dan kreatif. Jalan yang harus ditempuh adalah menerapkan pembelajaran dengan multimetode dan multimedia yang sesuai dengan keinginan siswa.

2.      Jika di wajibkan memilih apakah anda akan berupaya untuk menjadi “guru yang baik” ataukah ingin menjadi “guru yang hebat”? mengapa demikian? Tulislah minimal tiga alasan yang mendasari pilihan anda itu.
Jawab:
Saya lebih memilih menjadi guru yang hebat karena guru yang hebat adalah guru yang mampu menginsfirasi dan memotivasi muridnya, sehingga mampu berbuat sesuatu yang baik dengan kemampuannya sendiri "menurut Muhamad Nuh Mendikbud RI. Dan dari sana saya terinsfirasi ingin menjadi guru yang hebat.
 Dan alasan saya yang pertama, jika saya memberiksn kebaikan, maka saya dapat menerima kebaikan dari mereka. Sehingga mereka menjadikan saya sebagai insfirasi mereka. Dan alasan yang kedua, saya dapat menciptakan situasi pada anak malas tetapi mau menunjukkan jarinya sehingga mengalami kesuksesan. Sehingga terjadi komunikasi yang harmonis antara guru dan siswanya. Dan alasan ketiga, saya dapat di hargai dalam setiap saya mengajar di dalam kelas dan harus selalu bersikap optimis untuk selalu yakin bahwa saya mampu untuk membawa siswa atau siswi ke arah perbaikan diri.

3.      Bagaimanakah profil ideal guru bahasa indonesia di era globalisasi ini? Jelaskanlah menurut sudut pandang anda masing-masing!
Jawab:
Profil guru bahasa indonesia di globalisasi, dengan kenyataan zaman yang semakin lama semakin berubah menjadi modern maka di harapkan profil guru bahasa indonesia di zaman ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Sebagai guru bahasa indonesia harus bisa menjadi perpustakaan hidup bagi anak didiknya. Selain itu, seorang guru harus terampil dalam menyampaikan materi agar anak didiknya merasa termotivasi dalam belajar.

4.       Adakah manfaat yang anda peroleh setelah membaca wacana itu? jika ada, tulislah semua manfaat yang dapat anda petik darinya.
Jawab:
Manfaat yang saya dapat dari materi tersebu,t saya dapat mengetahui peranan guru dan dosen yang sama-sama menjadi pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, seorang guru maupun dosen mampu mendidik peserta didiknya, serta memotivasi agar peserta didiknya menjadi manusia yang bermartabat dan bermanfaat bagi bangsa dan agama. Selain itu, sebagai guru dan dosen harus bertanggungjawab atas tugas yang diembannya, yaitu selain mendidik tetapi harus mampu mengikuti peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Senin, 07 Mei 2012


MANFAAT MODEL PERKULIAHAN
Manfaat dari kegiatan model perkuliahan yang di berikan oleh ibu Isna Sulastri dalam mata kuliah pembelajaran berbicara ini membantu saya untuk lebih mempersiapkan materi yang akan saya sampaikan. Lebih memahami materi, sehingga pertanyaan yang di lontarkan oleh ibu Isna dapat saya jawab. Dari kegiatan perkuliahan ini membantu saya untuk lebih percaya diri mempersentasikan materi di depan kelas. Dan menyuruh saya untuk selalu belajar, dan harus tetap semangat dan selalu yakin bahwa saya bisa dalam menyampaikan materi yang telah di pelajari sebelumnya. Sesuai dengan pemahaman yang telah saya dapat ini. Saya dapat renungi bahwa belajar memang tidak mudah, tetapi jika kita berniat untuk merubah diri dan selalu berusaha kita pasti bisa dalam hal apapun. Dengan adanya kegiatan ini saya dapat banyak berlatih bagaimana menyampaikan pendapat dengan konteks bahasa sendiri. Selain itu saya dapat bertukar fikiran dengan dosen dan teman-teman yang telah mengikuti perkuliahan. Dan begitu banyaknya manfaat yang dapat saya dapatkan dalam perkuliahan ini dan merupakan suatu pembelajaran yang sangat bermanfaat dalam proses belajar saya di kampus maupun dirumah.
Keunggulan dari kegiatan model perkuliahan ini dapat memacu mahasiswa/i untuk selalu belajar. Selain itu, baik mahasiswa maupun mahasiswi mampu menyampaikan apa yang telah dipahami dengan pendapat mereka sendiri dengan proses belajar yang sebelumnya dilakukan dirumah. Dan adapun keunggulan model perkuliahan ini sangatlah bermanfaat bagi mahasiswa melatih dirinya berbicara di depan umum dan menjadikan mereka menjadi orang-orang yang bisa mengungkapkan pendapatnya tanpa membaca buku melainkan dengan pemahaman mereka setelah belajar memahami materinya terlebih dahulu di rumah.
Kekurangan dari model perkuliahan ini mungkin bagi mahasiswa yang tidak memperhatikan presentasi yang dilakukan temannya akan tidak dapat mengerti apa yang telah disampaikan, karena materi tersebut di terangkan oleh temannya melainkan bukan dosen. Jadi tidak akan mendapat mengulang kembali apa yang telah di sampaikan oleh temannya yang telah mempresentasikan materi tersebut. kemungkinan besar apabila tidak minat memperhatikan di kalangan mahasiswa, maka berbagai reaksi saling bermunculan. Para mahasiswa seolaholah langsung menghadapi masalahnya sendiri atas tidak memperhatikan apa yang telah disampaikan temannya.        
Dan untuk mengatasi masalah tersebut baiknya bagi mahasiswa agar memperhatikan dan menyimak apa yang telah disampaikan oleh temennya di depan kelas. Agar tidak merugikan diri sendiri dan dapat menghargai orang yang telah berbicara di depan kelas. Karena apabila mahasiswa yang tidak menyimak atau memperhatikan materi yang telah disampaikan akan tidak mendapatkan pembelajarn yang terbaik yang telah di sampaikan. Dan seharusnya mahasiswa dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan simakan. Misalnya dengan membuat rangkuman dan menyajikan atau menyampaikannya sesudah selesai menyimak. Namun perlu diingat, selama menyimak jangan hanya asyik membuat catatan-catatan tetapi pemahaman pula. Apabila mencatat semua yang diucapkan atau semua yang disampaikan pembicara, sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami. Dan memberi penilaian terhadap materi yang disampaikan. Pada saat ini penyimak mulai menimbang, memeriksa, membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang dikemukakan si pembicara, agar bermanfaat untuk kita semua.





Selasa, 17 April 2012

TUGAS BERBICARA

METODE PEMBELAJARAN BERBICARA

Senada dengan pembahasan di atas bahwa tanpa metode yang tepat maka bahan pembelajaran dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa menjadi tidak berarti. Maka berikut akan diuraiakan beberapa metode pembelajaran yang layak dipertimbangkan dalam kegiatan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia SD.

a. Metode Ulang Ucap

Kegiatan ini dapat dimulai dari kegiatan sederhan terutama untuk kelas awal SD yaitu dengan menugaskan siswa mengulang kata yang diucapakan oleh guru.
b. Metode Lihat Ucap

Siswa ditugaskan untuk mengucapkan sesuatu kata atau kalimat yang berhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh guru



c. Metode Memberikan Deskripsi

Dengan metode ini siswa diberikan tugas untuk untuk mendeskripsikan suatu benda yang diperlihatkan oleh guru. Keterampilan yang dilatih selain kemampuan pokok yaitu mengungkapkan pendapat adalah megamati benda, memilih dan mencocokkan sehingga sangat cocok diterapkan pada siswa kelas awal sampai menengah di Sekolah Dasar.

d. Metode Menjawab Pertanyaan

Metode ini sudah sangat umum sehingga dapat diterapkan pada kondisi dan jenis sembarang bahan ajar. Pertanyaan dapat dikondisikan sedemian rupa oleh guru untuk merangsang kreatifitas berfikir dan menyampaikan tanggapan terhadap suatu masalah yang diajukan.

e. Metode Bertannya

Metode bertanya juga sangat layak digunaka pada sembarang bahan ajar. Dengan menyajikan bahan ajar telebih dahulu kemudian siswa ditugaskan untuk membuat pertanyaan tentang sesuatu yang tidak dipahami oleh siswa atau bahkan dalam tataran menguji materi ajar itu sendiri. Dengan bertanya mereka akan mendapat jawaban dan tanggapan tersebut. Tanggapan dan jawaban tersebut yang diterima oleh siswa akan masuk dalam suatu kondisi benar dan tidak. Apabila siswa memang dasarnya adalah murni bertanya maka setelah mendengarkan jawaban/tanggapan dan menganalisanya akan menanggapi benar atau salah. Dan apabila siswa bermaksud menguji sudah barang tentu mereka sudah memiliki jawaban dan hal itu adalah proses berfikir yang selangkah lebbih maju. Sehingga siswa ini tergolong memiliki kecerdasan lebih dan layak mendapatkan penghargaaan yang lebih pula. Kondisi-kondisi unik lainnya dapat ditemui secara langsung dilapangan dengan tingkat variasi dan kompleksitas yang lebih tinggi.

f. Metode Pertanyaan Menggali

Metode ini sangat baik digunakan jika kondisi siswa yang stagnan dan dengan rata-rata tingkat pemahaman bahkan IQ biasa-biasa saja. Karna untuk mengantarkan mereka kepada suatu pemahaman yang menjadi tujuan pembelajaran diperlukan langkah-langkah yang menggiring siswa sehingga sampai pada suatu keadaan paham kepada tema atau permasalahan yang ingin kita sampaikan. Terkadang usaha ini agak sulit dan membuat kita jengkel karna harus berputar-putar mencari pengandaian dan logika lain, akan tetapi disinilah letak seni kita sebagai guru.Akhirnya siswa akan dapat berbicara untuk menyampaikan gagasan, ide dan pendapat mereka.

g. Metode Melanjutkan

Pada kegiatan ini siswa secara bergilir ditugaskan untuk membuat ide cerita dan siswa yang lainnya melanjutkan cerita tersebut. Dalam keadaan tertentu dapat dikondisikan suatu bentuk permainan dalam kegiatan ini.

h. Metode Menceritakan Kembali

Kegiatan ini sudah sangat umum dilaksanakan terutama dalam pembelajaran yang menggunakan bahan ajar certai baik fiksi maupun non fiksi. Dimana siswa ditugaskan untuk membaca atau mendengar cerita untuk kemudian menceritakan kembali isi cerita tersebut secara lisan di depan teman-teman mereka yang berperan sebagai audien. Dengan kegiatan ini maka siswa akan tertantang untuk berlomba memahami cerita yang sudah pernah mereka dengar atau basa.

i. Metode Percakapan atau Bermain Peran

Kegiatan ini sangat baik dilaksanakan untuk pemahaman tingkat lanjut tentang suatu cerita dimana dengan memerankan siswa akan lebih memahami bukan hanya kepada alur cerita akan tetapi akan lebiih kepada penjiwaan karakter masing masing tokoh. Dalam keadaan ini pemahaman siswa terhadap cerita akan utuh karna dengan berbicara mengucapkan naskah cerita atau drama mereka akan sangat menghayati setiap adegan dan untaian kata percakapan yang diucapkan.

j. Metode Parafrase

Metode ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar menggunakan bahan ajar puisi yang selanjutnya dirubah menjadi prossa yang kemudian siswa ditugaskan menceritakan secara lisan hasil paraprase tersebut.

k. Metode Reka Cerita Gambar

Metode ini sangat kreatif dan layak untuk dicoba karna dengan menyajikan gambar acak siswa akan mereka kembali dengan susunan yang benar urutan gambar tersebut. Dalam kegiatan tersebut dengan sudah sangat pasti mereka akan berbicara setelah guru bertanya, “Anak anak, Bagaimanakah susunan yang benar dai gambar tersebut ?” .

l. Metode Memberi Petunjuk

Metode ini layak juga untuk dicoba terutama untuk mempelajari bahan ajar tentang denah, petunjuk penggunaan obat dan alat tertentu. Dengan penugasan untuk menyampaikan hal tersebut siswa akan tertantang untuk berbicara dan menyampaikan penjelasan berdasarkan ide dan pendapat masing-massing melalui bahasa sederhana dan sesederhanapun penyampaian layak mendapat penghargaaan.

m. Metode Pelaporan

Melalui pengamatan terhadap obyek pada kegiatan tertentu siswa kemudian melaporkan hasil pengamatan dengan penyampaian lisan yang didahului oleh konsep tulisan. Dalam hal ini terjadi proses mirip dengan proses pada metode identifikasi akan tetapi memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Sehingga sesederhana apapun penyampaian siswa layak dihargai karna sebagai awal mula yang baik untuk proses penelitian dan pelaporan dalam kegiatan ilmiah yang sangat mendukung proses meningkatkan kreatifitas siswa.
n. Metode Wawancara

Kegiatan ini adalah kegiatan tingkat tinggi dari bertanya hingga menganalisa jawaban audien kemudian mengajukan pertanyaan berikutnya yang diikuti oleh proses pelaporan layaknya seorang wartawan. Proses berbicara dari nkegiatan ini adalah awal dari membentuk pribadi yang kritis dan santun .

o. Metode Diskusi

Kegiatan ini adalah proses interaksi tingkat tertinggi yang merangsang daya fikir, logika, kritis dan santun. Dalam kegiatan ini sejelek apapun pendapat, sanggahan dan klarifikasi siswa adalah hal yang maha baik dalam memulai suatu sikap peka terhadap lingkungan dan isu-isu tertentu dalam mencari jalan keluar. Dimana sudah barang tentu merupakan kreatifitas yang sangat layak mendapat penghargaan.

p. Metode Bertelpon

Seiring dengan teknologi informasi yang kian maju maka keterampilan bertelpon sangat penting dalam membentuk sikap cepat, efektif dan sopan dalam berkomunikasi. Karna berbicara melalaui telpon tanpa hadirnya lawan bicara secara langsung memerlukan tingkat kepekaan yang tinggi dalam tata cara pergaulan sehari-hari dalam kegiatan bertelpon

q. Metode Dramatisasi

Metode ini adalah kelanjutan dari kegiatan bermain peran yang dilengkapi dengan tema, seting, perwatakan, seting dan naskah drama yang ditampilkan secara utuh. Kegiatan ini penuh dengan kegiatan berbicara sesuai dengantuntunan naskah yang runtut.


http://baliteacher.blogspot.com/2011/05/metode-pembelajaran-berbicara-bahasa.html

Senin, 12 Maret 2012

TUGAS KULIAH


Kebijakan Dirjen Dikti No 152/E/T/2012 Publikasi Ilmiah Yang Wajib Bagi Mahasiswa
Banyaknya pro dan kontra yang terjadi dalam kebijakan dirjen dikti yang mewajibkan mahasiswa membuat karya jurnal  ilmiah jika ingin lulus. Kurang percaya dirinya mahasiswa indonesia menjadikan terbatasnya jurnal ilmiah dan kualitas jurnal ilmiah yang diberi oleh mahasiswa. Ada pun keinginan dirjen dikti terwujud seharusnya memberi waktu kepada mahasiswa untuk mempersiapkankannya terlebih dahulu untuk mempermatang apa yang di tugaskan kepada mahasiswa. Karena jika hal tersebut di paksakan akan tidak berjalan dengan baik karena mahasiswa akan terpaksa membuat jurnal ilmiah tersebut dengan faktor memenuhi kewajiban publikasi ilmiah saja. Dan banyaknya mahasiswa yang tidak mampu menulis dengan baik. Membuat hal yang seperti itu di pertegas bahwa mahsiswa membutuhkan proses untuk menulis dengan baik. Dalam pengembangan memikirkan ide-ide belum terasah dengan baik.
Menurut saya kebijakan tersebut terlalu memaksa mahasiswa dan akan berdampak negatif untuk menghasilkan karya-karya yang kurang bermutu hingga akhirnya mahasiswa pun tidak serius dalam pembuatan artikel jurnal yang akan tidak bermutu yang di terbitkan di banyak mata banyak orang yang mungkin mengakibatkan banyak orang yang beranggapan penulisan jurnal ilmiah mahasiswa indonesia tidak bermutu dan tidak banyak yang meminati untuk orang membacanya. 
Untuk menerapkan Surat Edaran Dirjen Dikti,menjadi pemikiran kita semua untuk berbenah dalam mengimplementasikan program ini secara bertahap agar menghasilkan karya-karya yang di inginkan. Dan seharusnya dirjen dikti jangan melihat kemajuan negara lain untuk menjadikan negara indonesia lebih maju. Yang seharusnya menyadarkan itu dari diri mahasiswa sendiri dan tanpa paksaan dari siapa pun untuk memajukan indonesia lebnih baik dari negara-negara lain. Tentu saja mahasiswa indonesia ingin memajukan kualitas yang terbaik untuk indonesia tetapi memrlukan proses. Dan saya sebagai mahasiswa akan terus belajar dan belajar untuk memajukan bangsa indonesia agar lebih baik lagi dalam membuat jurnal ilmiah yang memang di inginkan oleh dirjen dikti.
Dan terkait dengan hal ini setiap perguruan tinggi harus berdaya upaya untuk mengganggarkan pembiayaaan yang cukup untuk mengatasi masalah ini dan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya perguruan tinggi untuk menjaga kualitas lulusan.
Menurut Triantoro Safaria SPsi MSi Psi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Berbagai pendapat negatif dilontarkan atas kebijakan Dikti yang terkesan tiba-tiba tersebut. Beberapa pendapat kontra yang mencuat terkait dengan kewajiban publikasi bagi mahasiswa S-1, jika penulis rangkum menjadi tiga kategori, yaitu (1) terkait jumlah jurnal ilmiah, (2) kualitas tulisan ilmiah, dan (3) kualitas kompetensi mahasiswa.
Pendapat kontra pertama terkait terbatasnya jumlah jurnal ilmiah, baik itu di universitas, sekolah tinggi, departemen, maupun lembaga penelitian lainnya. Secara  kasar catatan LIPI, jumlah jurnal ilmiah (cetak) di Indonesia hanya sekitar 7.000 buah. Sebanyak 4.000 jurnal terbit rutin, sisanya 3.000 jurnal pasang surut, dan hanya 300 jurnal ilmiah nasional yang mendapat akreditasi LIPI.
Misalkan saja jika 4.000 jurnal ini setiap tahun terbit tiga kali dan setiap edisi hanya memuat delapan tulisan, maka 4.000 x 8 x 3 = 96.000  tulisan yang hanya bias dimuat. Bandingkan dengan jumlah mahasiswa S-1 yang menurut Menteri Pendidikan Nasional   Mohammad Nuh sekitar 4,8 juta orang, tentu kapasitas jurnal akan tidak mampu menampung semua tulisan mahasiswa.                                 

Tampaknya kebijakan jurnal online bisa kita gunakan sebagai wadah mengakomodasi jumlah tulisan mahasiswa S-1 yang banyak, melalui jadwal terbit yang lebih banyak, atau jumlah tulisan
 dimuat lebih banyak dari mahasiswa.
Pendapat kedua, terkait kualitas tulisan mahasiswa S-1 yang dikhawatirkan tidak berkualitas dan asal jadi, karena hanya memenuhi kewajiban publikasi ilmiah. Bisa-bisa nanti akan banyak jurnal abal-abal yang terbit, sehingga kualitasnya diragukan.
Persoalan kualitas tulisan mahasiswa S-1 tentu tidak lepas dari peran dosen pembimbing. Semakin kompeten dan bersungguh-sungguh dosen membimbing mahasiswa, akan semakin baik hasil publikasi ilmiah mahasiswa bersangkutan. Mahasiswa S-1 masih dalam taraf proses belajar menjadi seorang peneliti, sehingga kita harus bersikap realistis dan proporsional dalam tuntutan seberapa tinggi standar kualitas penelitian mahasiswa S-1.
 

Hal yang perlu ditekankan adalah bagaimanapun hasil tulisan mahasiswa, yang terpenting tulisan itu dihasilkan dari buah pemikirannya sendiri, kalimat-kalimat di dalamnya merupakan hasil tulisan asli, bukan plagiat.
                                
Pendapat kontra ketiga, terkait kualitas mahasiswa S-1 yang rata-rata tidak mampu menulis secara baik. Dari sisi pengembangan pemikiran dan ide-idenya belum terasah dengan baik. Ini terkait budaya dan model pendidikan masa lalu yang hanya mengandalkan ingatan, bukan analisis dan sintesa. Mulai sekarang kita harus membiasakan mahasiswa S-1  menulis. Menulis dengan jujur, tanpa plagiatisme. Tentu saja mempertajam keterampilan menulis membutuhkan proses bertahap bagi mahasiswa S-1.
           (37)




Selasa, 06 Maret 2012

RANGKUMAN



PEMBELAJARAN MENULIS
 DENGAN MULTIMEDIA
Isah cahyati
Pendahuluan
            Perkembangan teknologi yang brkembang pesat telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi yang tidak hanya didapatkan dari buku, surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber informasi lainnya, misalnnya internet. Teknologi informasi telah banyak digunakan dalam proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
            Perkembangan teknologi media berpotensi dalam mengubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, dan menyesuaikan informasi. Kemampuan teknologi media yang telah terhubung internet akan semakin menambah kemudahan dalam mendapatkan informasi untuk kepentingan pembelajaran.
            Selama ini, pembelajaran keterampilan berbahasa indonesia pada umumnya hanya menggunakan model konvensional. Pembelajaran berbasis media pernah dilakukan hanya beberapa saja. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana merancang pembelajaran menulis denagn menggunakan media. Dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan diatas, pengembangan model pembelajaran keterampilan menulis dengan media audio visual dapat dijadikan sebagai alternatif yang dapat dipilih para guru.
Keterampilan menulis
            Kemampuan menulis berkembang melalui pelatihan selama lebih dari dua dekade ketika seorang anak tumbuh dan mempelajari keterampilan mengomposisikan selama masa akhir remaja dan awal dewasa. Penulis pemula berkembang dari tingkat penyampaian pengetahuan ke tingkat transformasi pengetahuan, yaitu penulis dewasa. Penulis profesional terus berkembang ke tingkat ahli yaitu penciptaan pengetahuan yang mana penggambaran isi penulis, teks, dan interpretasipembaca terhadap teks termanipulasi oleh memori kerja.
            Kemahiran menulis dappat di tingkatkan melalui perlathan (kellog, 2008:1) adapun crimon (1983:5) menjelaskan bahwa menulis itu merupakan sebuah proses. Proses menulis di bagi dalam tiga tahapan : perencanaan (planing), penyusun draf (draifting), dan revisi (revising)
            Sebagai tahapan pertama dalam proses penulis, pereencanaan adalah serangkai starategi yang di rencanakan untuk menemukan dan menghaasilakan informasi ketika proses berjalan. Pda tahap ini seorang penulis menentukan dan menjajagi berbagai topik bahasan dan perlu menemukan cara-cara alternatif untuk memikirkan dan menulis tenntang setiap topik.
Tahap kedua draifting adalah prosedur untuk menghasilkan sebuah sketsa pendahuluan. Draifting merupakan serangkai strategi yang di rencana untuk mengorganisasikan dan mengembangkan lebih lanjut sebuah tulisan. Pada tahap ini seorzng penulis memilih satu topik dan menyusuninformasi tentang topik ini kedalam bagian-bagian yang bermakna.
Tahap terakhir adalah refisi yaitu prosedur untuk menyepurnakan atau mengoreksi tulisan yang sedang di buat. Refisi adalah serangkai strategi yang di buat untuk mengkaji kembali dan menilai kembali pilihan-pilihan yang telah menghassilkan sebuah tulisan. Setalah draf pendhuluan selesai, penulis harus meninjau kembali tulasannya dan menetapkan tindakan apa yang tampak paling produktif. Refisi global yaitu penciptaan kembali nuansa tulisan, atau refisi lokal yaitu penyempurnaan unsur-unsur kecil dalam tulisan yang telah selesai di buat.
Ketiga tahap dalam proses menulis ini tanpak menunjukan satu urutan linear yang sederhana, yakni seorang penulis dapat menyelesaikan semua kegiatan pada satu tahap dan kemdian beralih ke tahap yang lain. Meski pun ketiga tahap ini merupakan kegiatan-kegiatan yang berbeda dalam banyak hal, namun ketiganya sering kali tanpak sama. Kesulitan lain dengan pembagian tiga tahap dalam proses menulis ini adalah penulis yang berpengalaman tanpa bekerja dalam proses ini menurut cara mereka masing-masing, sedangkan penulis-penulis lain menghabiskan banyak waktu pada tahap drafting atau refisi.
Seorang penulis akan merasakan bahwa ia terus menurus membuat keputusan,  baik sederhana maupun kompleks. Sehingga ia harus terus menyesuaikan kembali keputusannya untuk memastikan bahwa tulisannya semakin konsisten, koheren, dan jelas. Kemudian, pada saat ia melakukan proses perencanaan, drafting, refisi, ia harus memikirkan cara-cara untuk menilai apa yang telah ia capai.
Banyak penulis mengeluh karena mereka mengalami kesulitan besar dalam memilih topik semakin menjadi sulit tak kala seorang penulis di beri kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih topiknya sendiri
Takk kala seorang penulis menentukan tujuannya, ia mengetahui jenis informasi apa yang ia butuhkan, bagiamana ia mengolah dan mengammbangkan informasi itu dan mengapa informasi itu penting. Tujuan mengarahkan dan mengendallikan semua keputusan yang di buat oleh penulis selama proses menulis. Tujuan inilah yang memungkinkan penulis untuk menyampaikan topik secara efektif.
Perencanaan (planning)
Cara terbaik untuk memulai menulis adalah memulai perencanaan. Penulis yang tidak berpengalaman  cenderung berbfikir bahwa perencanaan pada dasarnya merupakan satu kegiatan berfikir. Pertama, mereka merencanakan di dalam benak mereka apa yang ingin mereka katakan, dan kemudian mereka memindahkan fikiran mereka kedalam selembar kertas. Berpengalaman melihat bahwa proses perencanaan biasanya menimbulkan dua jenis kegagalan: (1) mereka tidak dapat berfikir melalui segala sesuatu yang ingin mereka katakan sebelum mereka mulai menulis, (2) mereka tidak dapat mentransfer fikiran mereka kedalam tulisan. Pada kenyataanya, perencanaanya juga merupakan satu kegiatan menulis, sebagiamana dapat dibuktikan oleh penulis yang telah berpengalaman. Meskipun para penulis yang berpengalaman ini mengakui bahwa mereka membuat perencanaan sebelum mereka menulis, namun mereka menegaskan bahwa mereka membuat perencanaan yang paling produktif setelah mereka mulai menulis.
Sumber dan strategi
            Sebagian tahap pertama dalam proses menulis, perencanaan membantu penulis mengkap, mengkaji dan menilai sebuah topik. Perencanaan inilah yang membentuk penulis menemukan dan menghasilkan informasi dalam tulisan, misalkan hemmingway menemukan sebuah kalimat yang benar dalam satu dan ke tiga sumber ini: (1) sssesuaitu yang telah ia ketahuai (memori), (2) sesuatu yang pernah di lihat (observasi), dan (3) sesuatu yang ia dengar dari seseorang ( penyelidikan) . ketiga kesumber ini berisi sangat banyak informasi. Semua untuk memanfaatkan sumber-sumber ini, penulis harus menggunakan serangkai strategi praktis. Semua stategi ini tidak hanya mengidentifikasi informasi yang telah ada, tetapi juga menciptakan informasi baru.
            Masa lalu adalah salah satu sumber informasi bagi seorang penuis. Salah satu terbaik untuk mengingat adalah menggunakan kata kunci (code word). Kata ini akan memungkinkan penulis berfikir tentang suatu pengalaman tertentu. Untukmemunculkan kembali berbagia memori dalam tulisan dan menafsirkan apa yang telah di ingat, ada tiga startegi yang dapat di gunakan: brainstorming, menulis bebas (freewriting) dan membuat jurnal. Seperti terlihat dalam namanya, brainstorming dapat menimbulkan badai petir intelektual. Dengan berfikir secara cepat dan seluas mungkin, seorang penulis harus menginagta segala sesuatu yang di timbulkan oleh kata kunci itu.
            Satrategi kedua adalah menulis bebas ( freewriting). Menulis bebas hampir sama dengan brainstorming karena kedua stategi ini di rancang untuk membantu penulis mencurahkan segala ingatan secepat mungkin. Tujuan utamanya adaklah menulis tanpa henti selama kurang lebih 10-15 menit. Di bawah kondisi ini, penulis tidak mempunyai waktu untuk berfikir kemana ia kan pergi.
            Strategi terakhir adalah membuat jurnal atau catatan. Junal mencatat segala aktiufitas fikiran dan mrupakan buku sumber dan tempat dimana penulis dapat mengumpulkan dan menyimpan pandangan, gagasan dan komentar tentang apa yang di lihat, di dengar dan di baca. Jurnal memberikan dua keuntungan. Pertama, jurnal mendorong penulis untuk mengambil resiko dan mencatat segala sesuatu yang berkaitan denagan tulisan. Kedua, jurnal juga merupakan tempat yang sempurna untuk mencatat kemajuan seorang penulis. Ketika ia memyusun faragraf, ia dapat menulis terhadap dirinya tentang apa yang ingin ia capai.
            Sumber kedua bagia seorang penulis adalah hasil observasi apa yang telah di ketahui. Meskipun memori penulis merupakan satu sumber informasi yang kaya, namun ia mengetahui merasa bahwa ia lupa atau tidak pernah mengetahui informasi yang ia perlukan dalam tulisannya.
            Proses pencarian (scouting) adalah metode untuk memilih topik-topik yang sesuai untuk di observasi secara terus menerus. Startegi kedua adalah pemetaan (mapping) pemetaan adalah metode untuk mengkaji selama priode observasi, sekitar 34-60 menit. Tujuannya adalah mendorong penulis mengamati dan menghasilkan garis dan gambar untuk membuat rincian-rincian yang spesifik.
            Stategi terakhir yang berkaitan dengan proses observasi adalah spekulasi. Spekulasi adalah sebuah cara ubtuk melahirkan untuk melahirkan berbagai penafsiran tentang apa yang telah diamati. Kata spekulasi bisa berarti penerangan imajinatif atau mengambil resiko.
            Sumber informasi ketiga dalam menulis adalah penyelidikan. Untuk memperluas dan memerdalam pemamahaman tentang topik yang di tulis, seorang penulias harus melangkah keluar batas-batas pengalaman pribadi guna menentukan berbagai topik yang ia bahas.
            Strategi terakhir adalah membaca sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan topik yang di tulis. Bagi seorang penulis yang berpengalaman, membaca merupakan sebuah prosedur aktif.
            Penyusunan (drafting)
            Drafting adalah prosedur untuk menentukan apakah informasi yang telah di kumpulkan selama perencanaan dapat di tuangkan ke dalam sebuah tulisan yang baik. Penyusun draf tulisan merupakan tahap terakhir dalam proses menulis. Tetapi bagi penulis yang berpengalaman, penulisan draf hanya merupakan besar pertama untuk menghasilkan tulisan.
            Untuk membantu penulis dalam menyusun draf, ada ytiga stategi yang dapat di tempuh: outline dasar (scratch outline), perumusan hipotesis, draf temuan (discovery draft) dan outline deskriftif. 
outline  dasar adalah alat bantu untuk menemukan satu bentuk urutan mater yang telah di kumpulkan oleh penulis selama proses perencanaan. Draft pertama berfungsi sebagai eksperimen di laboratorium dan memberi penulis satu kesempatan untuk menguji satu penjelasan (hipotesis).
Strategi terakhir adalah penyusun outline deskriptif. Outline deskriptif adalah metode untuk membantu penulis menilai apa yang telah di capai selama proses drafting. Outline deskriftif membentuk satu hubungan antara outline dasar dan outline formal.
Revisi
            Revisi adlah melihat kembali dan menemukan satu visi baru untuk tulisan yang telah di buat selama proses perencanaan dan drafting
            Pada dasarnya revisi merupakan sebuah proses dua tahap. Pada tahap pertama, penulis menggunakan strategi membaca untuk membantunya memikirkan kembali, menyusun kembali dan seringkali menuliskan kembali bagian-bagian tulisan yang telah di buat.
Pengertian multimedia
            Multimedia adalah media yang menggabub=ngkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, vidio dan animasi secara terintegrasi. Multi media terbagi menjadi dua kategori, yaitu: mutimedia linier dan multimedia interaktif.
            Multi media linear adalah suatu multimedia uyang di lengkapi dengan alay =t pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang di lengkapi dengan alat pengontrol yang dapat di operasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang di kehendaki untuk proses selanjutnya. Jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkunagn yang bersifat relatif konstan. Asfek-asfek yang menjadi penting dalam aktivitas belajar adalah lingkungan.
Manfaat multimedia
            Secara umum manfaat yang dapat di peroleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat di kurangi, kualitas belajar siswa dapat di tingkatkan dan persis balajar mengajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja manfaat diatas akan di peroleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multi media dan pembelajaran yaitu:
1.      Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tanpak oleh mata
2.      Memperkecil benda yang sangat besar yang tidajk mungkin di hadirkan ke sekolah
3.      Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat
4.      Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya
5.      Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh \.
6.      Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa
Karakteristik media dalam multimedia pembelajaran
            Sebagai salah satu komponen sistim pembelajaran, enggunaan multi media pembelajaran harus memperhatikan karakterioistik. Multimedia pembelajran adalah :
1.      Memiliki lebih dari satu media yang konfergen misalnya menggabungkan unsur audio dan visual.
2.      Bersifat interaktif dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi pengguna.